|  | 

Opini

Tradisi Keilmuan Ulama Nusantara Sebagai Spirit dan Model Pembangunan Indonesia

Musabaqah Kitab Kuning Syiarkan Tradisi Keilmuan Ulama Nusantara
Sebagai Spirit dan Model Pembangunan Indonesia
Oleh :
Neng Eem Marhamah Zulfa Hiz
Anggota DPR RI Fraksi PKB

MASTER
Ihyautturats, menghidupkan tradisi keilmuan ulama nusantara melalui Musabaqah Kitab Kuning (disingkat MKK), menurut saya tidak sekedar membangun semangat untuk mahir dalam membaca dan memahami karya ulama. Lebih dari itu MKK yang diinisiasi oleh Cak Imin, H. Abdul Muhaimin Iskandar ini adalah menghidupkan tradisi pesantren. Yakni tradisi keilmuan ulama yang di dalamnya terdapat spirit keikhlasan, ketekunan, dan ketawadluan. Juga kebiasaan mendoakan untuk kemaslahatan bangsa ini.
Saya meyakini bahwa spirit ini merupakan asas budaya bangsa Indonesia yang telah lama disemai dan ditanam oleh para ulama. Asas budaya yang kemudiannya tumbuh menjadi karakter bangsa, meski kini sedikit layu dan memudar.
Santri dengan kesantriannya dan kyai dengan ketokohannya adalah kontribusi nyata sumber daya berkualitas, khususnya di bidang sosial dan keagamaan. Hal ini dapat kita lihat melalui tradisi keilmuannya yang didukung oleh tradisi keagamaan yang kuat.
Tradisi keagamaan yang kuat ini bukanlah praktek sosial yang kaku dengan cara pandang yang sempit, melihat benar versus salah, hitam lawan putih. Namun, tradisi keagamaan yang kuat ini adalah praktek keagamaan dengan cara pandang yang belajar dari sifat Rahman Allah Swt dan visi kerasulan SAW, yakni Rahmatan lil alamin, pesan kemanusiaan untuk keadaban.
Saya melihat tradisi keilmuan para ulama justru paling dekat dengan cita-cita proklamasi. Atau bisa jadi cita-cita proklamasi itu adalah masukan dari para ulama. Karena itu pula, saya melihat cita-cita prokalamasi akan semakin mudah diraih oleh karena nilai yang melekat pada tradisi ulama selama ini.
Di antara nilai tersebut adalah kejujuran, kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan yang bersumber pada hati nurani (Ash-Shidqu). Sikap dapat dipercaya, setia dan tepat janji serta mampu memecahkan masalah sosial yang dihadapi (Al-Amanah wa al-Wafau bi Al-Ahdi).
Selain itu juga bersikap dan bertindak adil dalam segala situasi (aladalah) tolong menolong dalam kebaikan (at-taawun), konsisten dalam menjalankan ketentuan yang disepakati (al-Istiqomah), mau bermusyawaroh yang menempatkan demokrasi sebagai pilar utamanya dan persamaan kedudukan setiap warga negara di depan hukum (Al-Musawa).
Inilah mengapa saya menyebutkan bahwa tradisi Keilmuan ulama nusantara adalah spirit dan model Pembangunan Indonesia di masa yang akan datang, bahkan sejak dulu meski kesempatan yang diberikan kala itu masih kecil.
Kitab Ihya Ulumuddin, master peace Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali yang dilombakan ini bukanlah karya diawal karir akademik beliau. Justru kitab ini menjadi puncak perjalanan intelektual, mental dan spiritual Imam Al-ghazali pada tiga fase kehidupannya, yakni sebagai intelektual yang rasional, pribadi yang pernah berkarir di Pemerintahan, kemudian pada masa pensiunnya lebih banyak berkontemplasi dan kembali kepada peran akademiknya yang utuh. Ini dapat dimaknai bahwa kelangsungan dari sesuatu itu adalah karena adanya ruh, spirit, atau dalam tingkat praksisnya adalah mentalitas dan kemampuan praktis.
Berbicara ruh, spirit dan semangat pembangunan termasuk peran di dalamnya bukanlah hal baru bagi tradisi ulama. Karena tradisi keilmuan ulama tidak saja pada aspek suprarasional (kehidupan akhirat), tapi juga kemanfaatan hidupnya bagi manusia lainnya (Khairunnas Anfauhum linnas) yang juga disebut sebagai bentuk dari kebarokahan ilmu. Dan lagi kaum santri adalah kelompok yang paling cepat beradaptasi terhadap perubahan.
Terakhir, Saya coba memahami bahwa apa yang diinisiasi oleh cak Imin, Cucu Pendiri Pondok Pesantren Denanyar Jombang Jawa Timur (KH. Bisri Syansuri), melalui Musabaqah Kitab Kuning ini adalah bentuk ketadziman Cak Imin kepada para Ulama.
Selama ini para Ulama senantiasa berada dibalik panggung kemerdekaan dan pembangunan Indonesia. Beberapa ulama yang kemudian mengambil peran dalam politik, ekonomi dan lain sebagainya mencerminkan bahwa santri sudah semestinya mengambil peran pembangunan secara langsung. Dan tradisi keilmuan ulama nusantara dapat menjadi spirit sekaligus model pembangunan Indonesia di masa yang akan datang.

Related Articles

Kata Mutiara

“Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin” --- Gusdur

A new version of this app is available. Click here to update.