|  |  | 

Berita Nasional Opini

Sanksi FIFA, Kiamatkah?

018390400_1429343292-pssi-dibekukanJAKARTA- Perseteruan antara Kemenpora dan PSSI menyusul surat Menpora Nomor 0137/2015 yang menyatakan membekukan PSSI terus memanas. Opini yang berkembang, kekeruhan situasi ini bakal segera direspon sanksi oleh FIFA. Sanksi pertama, semua tim profesional di bawah federasi sepak bola nasional dilarang bertanding di kejuaraan internasional. Sanksi kedua, PSSI bakal dicoret dari keanggotaan FIFA. Ini aturannya.

Kiamatkah? Saya kira ketakutan ini berlebihan. Apalagi yang mengulang-ulang soal sanksi adalah orang-orang federasi yang terlibat dalam pusaran konflik Kemenpora-PSSI. Saya merasa kok justru aroma politiknya yang terasa. Dalam psikolingistik, kalau sebuah ketentuan hukum itu disampaikan berkali-kali, itu namanya menakut-nakuti.

Bukan untuk menyederhanakan, tetapi kalau boleh menggambarkan bobot dan porsi sanksi FIFA atas PSSI (kalau benar nanti dijatuhkan), saya kira sama saja seperti sanksi Komisi Disiplin (komdis) atas pemain. Taruhlah sanksi denda Rp 50 juta dan larangan dua kali main yang dijatuhkan kepada kiper Arema Cronus Kurnia Meiga saat kontra Semen Padang 24 April 2014 lalu. Tujuannya tak lain agar menjadi pelajaran bagi pemain maupun komponen tim. Sanksi FIFA hemat saya juga demikian, bukan untuk membinasakan tetapi sebagai pelajaran bagi klub dan federasi persepakbolaan nasional.

Saya mencatat ada 16 negara yang federasi sepak bolanya pernah di sanksi FIFA. Terhadap 16 negara ini, sanksi FIFA efektif diberlakukan hanya berkisar 1 sampai 4 minggu saja. Ada beberapa yang bahkan hanya dalam hitungan hari. Menariknya, beberapa yang pernah terkena sanksi ini justru kemudian berhasil menggenjot prestasi cemerlang dalam waktu singkat.

Sebut saja IFA (Federasi Sepak Bola Iraq) yang pernah disanksi FIFA pada 2006, menyusul pembubaran komite olahraga oleh pemerintah Iraq. Namun sanksi ini hanya bertahan 3 hari saja. Pada hari ketiga sanksi FIFA dicabut seiring pengambil alihan fungsi federasi oleh asosiasi independen yang dibentuk pemerintah Iraq. Berkat reformasi total ditubuh IFA, setahun kemudian, pada 2007. Timnas Iraq berhasil menjuarai Piala Asia. Keberhasilan menjuarai Piala Asia membuat mereka bisa berpartisipasi dalam Piala Konfederasi 2009.

Lalu ada NFF (Federasi Sepakbola Nigeria) yang dibekukan FIFA karena intervensi pemerintah pada 4 Oktober 2010. Namun menyusul perbaikan kepengurusan federasi, sanksi FIFA dicabut pada 8 Oktober 2010. Dalam catatan prestasinya, tahun itu juga Timnas Nigeria langsung menempati posisi ketiga Piala Afrika, dan juara umum pada Piala Afrika 2013.

Ada juga AFFA (Federasi Sepakbola Azerbaijan) yang dibekukan FIFA pada 15 April 2003. Namun dicabut pada 17 Mei 2003 setelah dibentuk sebuah komite nasional pembenahan federasi. Meski belum memiliki rekor di piala Eropa namun kemudian banyak generasi pemain-pemain muda dari negara ini yang direkrut klub-klub besar Uni Eropa.

Untuk menyembuhkan sebuah penyakit yang kronis, inilah saatnya melakukan operasi besar. Bersihkan mafia bola dari bumi Indonesia. Lakukan pembenahan total PSSI. Maksimalkan waktu jeda ini mumpung dalam 1 tahun ke depan tidak ada event internasional yang prestise bagi tim nasional. Bravo sepak bola Indonesia!

@didiksuyuthi

Related Articles

Kata Mutiara

“Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin” --- Gusdur

A new version of this app is available. Click here to update.