|  | 

Profil Anggota

H. AGUS SULISTIYONO, S.E, MT

Kisahnya dimulai dari sebuah desa kecil di Purworejo pada tanggal 17 Agustus 1959. Agus Sulistiyono, sebuah nama yang erat dengan tipikal budaya jawa adalah nama sejak kecil sampai saat ini. Ia lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga nahdliyyin. Seperti pada umumnya, Agus Sulistiono kecil memulai pendidikannya di kampung halaman sendiri, tepatnya di SDN dan berlanjut di ST Negeri Kedungjati masing-masing selesai pada tahun 1972 dan 1974. Berbeda dengan sekolah dasar dan menengah pertamanya, pada jenjang pendidikan berikutnya, ia merantau dan berpisah dengan keluarga tercinta untuk melanjutkankan studi di ibu kota propinsi Jawa Tengah yakni di STM Negeri VI Semarang. Tahun 1977 adalah tahun dimana ia mengakhiri pendidikan tingkat atas untuk sementara waktu.

Menurutnya, keberadaan di bangku sekolah adalah bagian terkecil dalam proses pendewasaan diri dalam mengatur emosi, mengasah bakat dan minat menuju sebuah cita-cita agung yang dibanggakannya. Ia berusaha menambah rasa bangga kedua orang tuanya dengan menunjukkan diri sebagai sosok yang mandiri dan berdikari dalam hal apapun. Kurang lebih atas dasar itu, ia memilih STM sebagai jenjang pendidikannya agar ia bisa mengasah skill lebih spesifik sebagai bekal mengarungi hidup lebih maju yang lebih baik.

Sosok yang mempersunting gadis bernama Puji Hernani dan dikarunia dua orang anak ini (Fahmanindya Listyani & Muhammad Ardan Aji Utama) tidak pernah mendefinisikan diri sebagai apa atau siapa Karena beliau menghadapi sebuah kehidupan secara linear dan tidak neko-neko, tapi tetap yakin akan sebuah prinsip hidup bahwa "tanggung jawab adalah cara terbaik untuk meraih hak". Sosok yang mandiri dan berdikari setidaknya telah beliau tunjukkan sebagai lelaki yang giat dan pantang menyerah.

Setelah 12 tahun mengenyam pendidikan formal, ia merampas hak pribadinya sebagai remaja dan memutuskan untuk membantu keberlangsungan pendidikan saudara-saudaranya. Praktis setelah studi STM-nya berakhir ia bertekad untuk merantau ke luar Jawa dan mulai bergabung dalam unit usaha PT PORODISA TRAD SAMARINDA dengan jabatan SURVEYOR. Loyalitas, spirit untuk maju dan hasrat untuk mengerti semua hal berikut kesabaran yang tinggi sebagai penyeimbang telah menjadikannya sebagai sosok yang patut di perhitungkan, dalam situasi dan hal apa pun. Tidak lama kemudian, pada akhir tahun 1981 ia bergabung dalam perusahaan PT TELUK ETHNA FAK-FAK, dan perusahaan tersebut membayarnya dengan jabatan sebagai SUPERVISOR SURVEYOR, sebuah jabatan yang mungkin terlalu prestise baginya pada saat itu, tapi Tuhan tentu mempunyai rencana berbeda dengan semua itu.

Setelah enam tahun mengembara dan mencari pengalaman di luar Jawa, ia memutuskan untuk menetap di D.I Jogjakarta dan mulai menggeluti dunia usaha sampai berhasil mendirikan PT AJI UTAMA yang bergerak dibidang kontruksi bangunan, furniture dan sektor jasa lain. Sadar akan pentingnya arti pendidikan membuatnya tidak malu untuk melanjutkan studinya yang sempat tertunda. Di sela waktu dan padatnya kesibukan sebagai seorang pengusaha dan politisi, ia memutuskan untuk nyambi kuliah di Universitas Widya Mataram Yogyakarta dan berhasil memperoleh gelar sarjana ekonomi pada tahun 2007.

Sebagai pribadi yang lahir dan dibesarkan dalam lingkungan nahdliyyin, kecintaannya kepada Nahdlatul Ulama (NU) tidak pernah pudar. Ini terbukti walaupun di tengah kesibukannya sebagai pemilik dan Presiden Komisaris PT Aji Utama, ia juga menyempatkan diri untuk berpartisipasi aktif dalam peran serta membesarkan ormas tersebut. Jabatan yang pernah diembannya ialah sebagai Sekjend PC Ansor kodya Jogjakarta periode 1984-1988, dan duduk di PW Ansor D.I Jogjakarta sebagai bendahara periode (1989-1993), dan sebagai sekjend periode (1994-1998).

Agus Sulistyono muda yang akrab di panggil mas AS ini, selanjutnya aktif sebagai salah satu kader partai politik nasional, karir politiknya dimulai ketika ia berhasil terpilih sebagai ketua umum DKW Garda Bangsa D.I Jogjakarta periode 1999-2007 yang merupakan sayap politik pemuda Partai Kebangkitan bangsa (PKB), kemudian ia diangkat sebagai wakil bendahara DPW PKB D.I Jogjakarta periode 1999-2003, dan wakil ketua DPW PKB D.I Jogjakarta periode 2004-2008. pada pemilu 2004, ia mencalonkan diri sebagai caleg DPRD dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan menduduki jabatan sebagai wakil ketua DPRD D.I Jogjakarta pada pemilu 2004.

Dari sekian banyak aktifitas kesehariannya, suatu prestasi yang pantas diapresiasi ialah keberaniannya untuk mempercayakan bisnis kepada "Kaum Muda Nahdlatul Ulama / KMNU & Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia / PMII" yang nota bene masih hijau dalam dunia bisnis untuk mengelola sebuah unit usaha (Kedai Nusantara; Coffe Shop & Resto 2007, E-Nusantara; Penerbit / Percetakan Buku; 2008) yang terus berkembang pesat , serta PT. CITRA / Cahaya Teknologi Nusantara yang baru dirintisnya. Pada akhirnya label sebagai politisi dan pengusaha tidak bisa dielakkan darinya.

Kolaborasi satu pribadi dua kesibukan ini yang membuatnya menjadi pribadi yang kuat dan berprinsip, hal ini terbukti dalam berbagai hal termasuk romantika & dinamika politik ditengah perseteruan yang semakin memanas antara cak Imin dan Gusdur beberapa waktu lalu. Fenomena itu adalah ujian terberat yang pernah dialaminya, karena membutuhkan ketegasan dalam bersikap. Tak banyak hal yang mempengaruhi insting politiknya, dan ia pun memutuskan diri untuk bergabung ke PKB Muhaimin Iskandar dengan sekian konsekuensi yang ada. Wujud konsistensi dan kesetiaanya berbuah hasil dengan mandat baru di PKB sebagai salah satu ketua DPP PKB periode 2008-2012. Melalui mandat tersebut, ia pun terpilih sebagai caleg DPR RI dapil DIY pada pemilu 2009 yang menurutnya adalah sebuah panggilan untuk berkiprah di panggung politik nasional sebagai bentuk pengabdian diri kepada Bangsa dan Negara. "Saya meyakini bahwa jalur parlementer ini merupakan salah satu media yang strategis untuk mewujudkan baldatun thayyibatun warabbun ghafur," begitulah keyakinan yang hendak di raih dan di perjuangkan. Maka jadilah, sebuah garis tangan atau apapun bahasanya, kursi anggota DPR RI akhirnya di raih pula dan beliau sekarang duduk sebagai anggota komisi VII (ESDM).

Related Articles

Kata Mutiara

“Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin” --- Gusdur

A new version of this app is available. Click here to update.