|  | 

Berita Nasional

Kasus Meninggalnya Guru Budi, Arzeti: Minimal Tiga Hal Ini Yang Perlu Diperbaiki

JAKARTA - Anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PKB, Arzeti Bilbina ikut prihatin atas musibah yang menimpa seorang Guru Honorer, Achmad Budi Cahyanto (Guru Budi) di Sampang, Jawa Timur beberapa waktu lalu. Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Guru Budi meninggal dunia setelah dipukul oleh muridnya sendiri.

“Saya sangat berduka, sedih mendengarnya, kok bisa murid memukuli gurunya sendiri hingga meninggal dunia, ini musibah pendidikan kita. Terlebih Pak Guru Budi ini masih berstatus sebagai tenaga pengajar honorer alias guru tidak tetap,” ucapnya di Jakarta, Senin 5/2/2018.

Dia menambahkan, pihaknya sering menerima audiensi bersama guru honorer yang rata-rata honornya dibawah Upah Minimum Kabupaten (UMK). Menurut Arzeti, beban menjadi guru honorer sangatlah berat, terlebih UMK di kabupaten tersebut hanya sekitar 600 ribu rupiah.

“Berat sekali menjadi guru di negeri ini, ini menjadi keprihatinan kita smua,” ucapnya.

Menurut wakil rakyat dapil Jawa Timur 1 ini, proses pendidikan di negeri ini perlu dievaluasi kembali secara menyeluruh. Krisis karakter anak-anak harus dicarikan solusi bersama. Selain itu, Banyak hal yang perlu dievaluasi untuk memperbaiki moral dan karakter anak.

“Minimal tiga hal yang perlu diperbaiki, yang pertama dan utama adalah di keluarga, bukan sekolah,” terangnya mulai menjabarkan.

Sekolah adalah tempat pendidikan anak setelah keluarga. Anak-anak mengikuti orang tua dan berbagai kebiasaan dan perilaku. Sehingga keluarga merupakan pembentuk pertama moral anak, tempat anak mengenal tanggung jawab, nilai, sopan santun dan lainnya.

Kedua, lanjutnya, tentang pendidikan ahlak, moral atau biasa disebut dengan pendidikan karakter. Dia mengatakan, sebuah kesalahan jika Lembaga Pendidikan lebih mengedepankan nilai akademik, dan prestasi anak. Karena hal tersebut sangat beresiko menimbulkan stress jangka pendek bagi anak dan merusak perkembangan jiwa dalam jangka Panjang.

“Saya prihatin ketika Lembaga pendidikan selalu mengedepankan nilai akademik dan prestasi anak. Bagi saya ini kesalahan. Bayangkan hari ini anak baru  mau masuk  Sekolah Dasar (SD) sudah dites Calistung (baca tulis hitung), kalau tidak lolos ya tidak masuk, akhirnya anak2 yang di sekolah paud atau TK sudah diajari calistung. Memaksakan anak usia dibawah 7 tahun untuk belajar calistung sangat beresiko timbulnya stress jangka pendek dan rusak perkembangan jiwa anak dalam jangka Panjang. Jelas ini menghambat proses pembentukan karakter anak,” terangnya.

Lebih lanjut, Ketiga, Arzeti sepakat tentang perlu adanya regulasi untuk memberikan perlindungan kepada guru. Kasus meninggalnya Pak Guru Budi, menurutnya,  bisa jadi merupakan gunung es lemahnya perlindungan hukum terhadap guru. Banyak sekali kasus yang menyudutkan guru, padahal tugas mereka sangat mulia untuk mendidik anak-anak kita.

“Selama ini tidak ada jaminan, guru mencubit anak saja orang tua protes dan melaporkan ke pihak yang berwajib. Lalu bagaimana anak kita bisa dilatih agar berdisiplin, dan dibentuk karakternya?” ujar Perempuan yang peduli Pendidikan ini.

Perlindungan terhadap profesi guru sendiri  sebenarnya sudah diakui dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008, pasal 39 ayat 1 bahwa guru memiliki kebebasan memberikan sanksi kepada peserta didiknya yang melanggar norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, peraturan tertulis maupun tidak tertulis yang ditetapkan guru, peraturan tingkat satuan pendidikan, dan peraturan perundang-undangan dalam proses pembelajaran yang berada di bawah kewenangannya. Dan di pasal 40, berbunyi: Guru berhak mendapat perlindungan dalam melaksanakan tugas dalam bentuk rasa aman dan jaminan keselamatan dari pemerintah, pemerintah daerah, satuan pendidikan, organisasi profesi guru, dan/atau masyarakat sesuai dengan kewenangan masing-masing.

Namun, menurutnya, hal ini belumlah cukup, pasalnya di lapangan masih banyak kasus memidanakan guru akibat mendisiplinkan anak.

“Saya kira ini mendesak untuk segera direalisasikan,” pungkasnya.[raf]

Related Articles

Kata Mutiara

“Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin” --- Gusdur

A new version of this app is available. Click here to update.