|  | 

Berita Nasional

Siti Masrifah: Menghindari Paham Radikal Dimulai Dari Keluarga, Sekolah, dan Lingkungan

 

JAKARTA - Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (FPKB) Hj. Siti Masrifah mengatakan Indonesia sedang dilanda krisis kebhinekaan. Pasalnya, banyak masyarakat yang sudah tergoda dengan aliran radikal.

Kita tau saat ini indonesia ini sedang dilanda krisis. Banyak masyarakat yang sudah tergoda dengan aliran radikal gitu ya, kemudian masyarakat indonesia sudah bayak intoleransi,” ujar Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa ini di Jakarta, Jum’at 28/7.

Dia menambahkan, Kita mengajak masyarakat untuk kembali mencintai keindonesiaan. Indonesia itu bukan hanya satu suku, bukan hanya satu ras. Namun, terdiri dari banyak suku dan banyak ras, yang itu semuanya tergabung menjadi satu, Bhineka Tunggal Ika. Kita ingin masing-masing pribadi sadar dan mensyukuri bahwa sebagai warga negara Indonesia, NKRI harus menjadi harga mati.

“PKB selalu mengajak kadernya untuk mengatakan itu (menjaga NKRI), Supaya mereka berjuang bersama, hiroh untuk menegakkan NKRI. Agar tetap menjadi bagian perjuangan untuk menegakkan Indonesia yang berbhineka tadi, indonesia yang terdiri dari suku dan bangsa,” terang Legislator DPR RI Daerah Pemilihan (Dapil) Tanggerang Raya ini.

Siti berharap, kedepan, masyarakatnya semakin sadar secara pribadi maupun golongan ikut menjaga NKRI, Nilai kebangsaan. Menurtnya jika itu dilakukan, maka radikalisme dan intoleransi tidak akan ada lagi di indonesia.

“Indonesia menjadi satu, yaitu NKRI,”tegasnya.

Siti menjelaskan, PKB mengajak seluruh rakyat indonesia untuk mencintai NKRI dengan merawat Indonesia. Dimulai dari keluarga, dari sekolah ancaman faham-faham yang bisa menyesatkan anak-anak muda, dan lingkungannya.

“Ancaman itu datangnya bisa darimana saja, oleh karena itu PKB harus memerangi itu. Kita kan sudah mengatakan Islam yang kita bangun ini adalah Islam rahmatan lil alamin,” tutupnya.

Menurut hasil riset yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Agama (Balitbang) Kemenag RI Semarang di 17 SMA di Semarang, hingga maret 2017 terdapat 10 % siswa SMA berpotensi radikal. Hal sama yang juga ditemukan oleh Penelitian Wahid Foundation bekerja sama dengan LSI (2016) dengan sebaran 1.520 siswa di 34 propinsi menyebutkan 7,7 % siswa SMA bersedia melakukan tindakan radikal. Penelitian Setara Institut (2015) terhadap siswa SMA di Bandung dan Jakarta menyebutkan sebanyak 7,2 % setuju dan tahu dengan paham ISIS.[]

Related Articles

Kata Mutiara

“Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin” --- Gusdur

A new version of this app is available. Click here to update.