|  | 

Berita Nasional

Nasim Khan Tanggapi Penutupan Pabrik Gula di Situbondo

SITUBONDO – Untuk kesekian kalinya anggota Fraksi PKB DPR RI dapil Jatim III (Situbondo, Bondowoso dan Banyuwangi) Ir. M. Nasim Khan bersama Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) dan karyawan PG serta Serikat Pekerja dihadiri Kadiv & tim SPI PTPN XI & semua GM di Situbondo melakukan kunker reses bersama di 5 PG Situbondo Bondowoso.

Usaha-usaha untuk solusi penutupan tiga Pabrik Gula (PG) di Kabupaten Situbondo terus dilakukan. Ketiga PG, Prajekan Bondowoso Asembagus Situbondo, Wringinanom, serta Olean Panji Situbondo yg akan ditutup kembali melakukan penolakan kebijakan pemerintah tersebut.

Tidak hanya menolak, perwakilan APTR juga menyerahkan dokumen resolusi petani tebu yang berisi kesanggupan untuk menyediakan pasokan tebu dengan cara memperluas areal tanaman tebu. Mereka juga menyatakan kesanggupannya untuk tidak mengirim tebu ke luar daerah, Serta komitmen Kabupaten Situbondo melalui Bupati siap mengembangkan area tebu bisa melalui kas desa dll.

“Sampai kapan pun kita tidak akan tinggal diam. Kita pertahankan PG-PG yang ada sampai titik darah penghabisan. Pemerintah hanya bisa menutup, tanpa harus berpikir kedepan dan  bagaimana nasib masyarakat kecil,”  terang petani dan serikat pekerja di hadapan Nasim Khan.

Menurut Nasim Khan, kesepakatan penutupan atau Regrouping Pabrik Gula (PG) BUMN antara sejumlah pihak sudah ditandatangani pada 06 Oktober 2016 lalu. Tiga PG di Situbondo yang akan ditutup adalah PG Pandjie, Olean dan Wringinanom. Dengan demikian, keputusan tersebut hanya tinggal menunggu pelaksanaan pada 2017 nanti sangat membuat resah yg berefek besar.

“Meski demikian, dengan langkah bersama ini kita terus melakukan upaya bagaimana penutupan tidak pernah terjadi & harus mencari solusi bersama,” terangnya.

Anggota Komisi VI DPR RI tersebut menerangkan, pihaknya telah melakukan dialog langsung dengan pengelola tiga PG yang akan ditutup maupun dengan perwakilan petani. Semua pihak merasa heran dengan keputusan pemerintah, karena alasan yang disampaikan tidak sesuai dengan realita di lapangan.

“Khusus untuk Kabupaten Situbondo, saya kira jangan sampai membuat kesalahan lagi sebagaimana telah terjadi saat penutupan PG Deemas besuki Situbondo dan PG di Kecamatan Mangaran Situbondo. Sebab, keputusan tersebut telah sukses memiskinkan dan pengangguran ribuan  masyarakat sekitar menjadi sampah kabupaten serta menelantarkan aset yg sangat besar. Makanya dengan alasan apapun, penutupan tiga PG ini kita tolak, jangan sampai terjadi,” tegasnya.

Apalagi, lanjut pria asal Kecamatan Asembagus tersebut, setelah dipelajari, dari tiga PG yang direncakan ditutup ternyata masih produktif dan mampu memberikan keuntungan dari laba kotor. Misalnya saja PG Wringinanom, produksi tebunya pertahun mencapai 1,6 juta kuintal. PG Olean 1,1 hingga 1,2 juta kuintal. Sedangkan produksi gula di PG Panji sebanyak 3 juta kuintal per tahun.

“Artinya jika nanti ditutup, maka kita akan kehilangan kurang lebih 5,7 juta kuintal pertahun,”terangnya. Lebih lanjut Nasim menambahkan, kita juga harus menekan kerugian mengikuti standart biaya sdm krn saat ini sangat besar sampai 50%.

Dia menegaskan, ketika para petani sudah menjamin ketersediaan lahan dan tidak akan mengirimkan tebunya ke luar daerah, maka pemerintah juga harus melakukan hal yang bersinergi demi tidak ditutupnya tiga PG di Situbondo. Misalnya dengan melakukan revitalisasi mesin/alat di PG atau membangun pabrik modern di Situbondo bukan malah diluar kabupaten yangg tidak produktif serta kualitas baik dari Sumber Daya Alamnya.

“Karena PG yang ada di Kabupaten Situbondo ini bisa dikembangkan juga menjadi PG Rafinasi terbesar minimal di Jawa karena masih mempunyai alat-alatnya. Selain itu, melakukan revitalisasi & solusi terbaik ini merupakan solusi konkrit dibanding harus menutup PG dengan dampak yang luas seperti penutupan PG Demas tempo dulu,” papar Nasim Khan.

Nasim menekankan, pengembangan produksi gula di Situbondo masih sangat menguntungkan ke depan untuk menunjang kebutuhan nasional serta program swasembada pangan Indonesia. Apalagi jika petani tebu difasilitasi kemudahan mengakses kredit usaha tani yang sangat sulit, juga hampir tidak ada sama sekali saat ini. Padahal ibu menteri menjamin berkali-kali pada saat kunjungan ke Situbondo. Kita hanya tidak ingin, kebijakan pemerintah tidak berpihak kepada masyarakat. Jangan karena persoalan kepentingan ekonomi tertentu apalagi kepentingan perorangan mengabaikan sosial ekonomi masyarakat, pungkasnya. Apalagi kab Situbondo sangat berbeda segala halnya dgn yg lain, Kota Santri Bumi Shalawat Nariyah, Kota Gula.

Related Articles

Kata Mutiara

“Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin” --- Gusdur

A new version of this app is available. Click here to update.