|  | 

Berita Nasional

Kharisma Gus Mus di Muktamar ke 33 NU

hasil muktamar NU

JOMBANG- Marwah ulama' Nahdlatul Ulama masih terjaga selama muktamar ke 33 NU di Jombang. Hal itu terjadi saat Rois Syuriah PBNU, KH. Mustofa Bisri atau Gus Mus 'turun gunung' menurunkan tensi dinamika yang terjadi saat muktamar. Sosok kharismatik yang dimiliki NU ini masih dibutuhkan oleh kaum nahdliyyin untuk menjaga dan membimbing kaum nahdliyyin.

Gus Mus pemimpin tertinggi PBNU yang memiliki pribadi yang meneduhkan dan hati nan halus ini selalu mengundang perhatian disetiap perkataan. Gelaran Muktamar ke 33 NU menjadi saksi kecerdasan dan keilmuan Gus Mus dimana memberikan solusi saat sidang ditunda karena dinamika meninggi. Suasana yang awalnya diprediksi banyak kalangan terutama media mainstrem akan terjadi hal buruk di muktamar tidak terjadi setelah Gus Mus turun gunung. Gus Mus sebagai ulama sepuh mengetuk hati para muktamirin melalui pidatonya.

Gus Mus mulai bicara dengan suara khasnya namun serak dan berlinang air mata karena kecintaan pada NU dan teringat ulama pendiri NU. Putra KH. Bisri Musthofa ini mengajak muktamirin mengikuti ajaran para pendiri NU dalam menjalankan organisasi dengan mengedepankan akhlakul karimah seperti dicontohkan akhlak KH Haysim Asy'ari, KH. Abdul Wahab Chasbullah dan KH. Bisri Syansuri serta para pendahulu lainnya. Mayoritas muktamirin yang masih muda meneteskan air mata secara tidak disadari, 'dawuh' Gus Mus yang datang dari keikhlasan hati yang terdalam itu menyadarkan muktamirin untuk bermuktamar dengan akhlakul karimah.

Berikut isi lengkap pidato Gus Mus di Muktamar NU di Jombang, Senin (3/8):

"....Ketika saya ikuti persidangan-persidangan yang sudah lalu, saya menangis karena NU yang selama ini dicitrakan sebagai organisasi keagamaan, panutan penuh dengan akhlakul karimah, yang sering mengkritik praktik-praktik tak terpuji dari pihak lain ternyata digambarkan di media massa begitu buruknya. Saya malu kepada Allah, malu pada KH Hasyim Asy'ari, KH Wahab Hasbullah, KH Bisri Syansuri dan para pendahulu kita. Lebih-lebih ketika saya disodori koran yang headlinenya 'Muktamar NU Gaduh, Muktamar Muhammadiyah Teduh'.

Saya mohon sekali lagi, kita membaca surat Al-Fatihah dengan ikhlas, mohon syafaatnya (Nabi Muhammad SAW).

Rais Aam yang membikin saya menjadi punya posisi seperti ini, KH Sahal Mahfud, mengapa beliau wafat sehingga saya memikul beban ini, saya pinjam telinga anda, doakan saya, ini terakhir saya menjabat jabatan yang tidak pantas bagi saya.

Dengarkanlah saya sebagai pemimpin tertinggi anda.

Mohon dengarkan saya, dengan hormat kalau perlu saya mencium kaki-kaki anda semua agar mengikuti akhlakuk karimah, Akhlak KH Haysim Asy'ari dan pendahulu kita.

Saya panggil kiai sepuh, rata-rata mereka prihatin semua, prihatin yang sangat mendalam. Di tanah ini terbujur kiai-kiai kita, di sini NU didirikan apa kita mau meruntuhkan di sini juga, Naudzubillah, saya mohon dengan kerendahan hati Anda melepasksan semuanya, dan memikirkan Allah dan pendiri kita.

Jadi, telah mempelajari situasi, maka para kiai yang berkumpul sampai tadi siang, di samping keprihatinan juga beberapa poin yang perlu dijadikan pedoman pembahasan selanjutnya.

Cuma sedikit yang kita sepekati untuk solusi agar tidak sama dengan di Senayan.

Pertama, apabila ada pasal yang belum disepakati dalam muktamar tentang pemilihan Rais Aam, tak bisa melalui musyawarah mufakat, maka akan dilakukan pemungutan suara oleh para Rois Syuriah

Kalau nanti Anda-Anda tidak bisa disatukan lagi, maka saya dengan para kiai memberikan solusi, kalau bisa musyawarah kalau tak bisa pemungutan suara. Itu AD/ART kita. Karena ini urusan pemilihan Rais Aam, maka kiai-kiai akan memilih pemimpin kiai.

Dan tatib yang sudah disepakati perlu segara dilakukan. Kalau ini Anda tetap tidak terima, maka saya yang terima, karena saya hanya Mustafa Bisri, saya hanya orang yang ditimpa kecelakaan menjadi pengganti Kiai Sahal. Kalau tidak, lepaskan saya saja.

Doakan mudah-mudahan saya hanya sekian saja untuk jadi Rais Aam.

Saya sejak belum tidur, bukan apa-apa, karena memikirkan anda-anda sekalian. Saya mohon maaf kepada semua muktamirin terutama yang dari jauh dan tua-tua, teknis panitia yang mengecewakan anda, maafkan lah mereka, maafkan saya. Itu kesalahan saya, mudah-mudahan anda sudi memaafkan saya..".

Related Articles

Kata Mutiara

“Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin” --- Gusdur

A new version of this app is available. Click here to update.