|  | 

Opini

Manuver Politik Gaya Muhaimin Iskandar

Oleh: Datuak Alat Tjumano. Peneliti di Fordial

Masyarakat Indonesia telah memberikan suaranya kepada partai politik melaui Pemilu pada 9 April 2014 lalu. Meski penghitungan resmi dari Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) belum final, hasil Pemilu tersebut sudah tergambar berdasarkan hasil hitung cepat sejumlah lembaga survei.

Tidak ada satupun partai yang menang mayoritas sesuai dengan ketentuan Undang-undang Pemilu, sehingga tak ada satu pun yang bisa mengusung calon presiden sendirian. Maka koalisi merupakan jalan untuk mengusung Capres dan cawapres. Sinetron para politikus saling lobi-lobi mencari mitra koalisi.

Setidaknya ata tiga poros utama penjalin koalisi di pemilihan presiden yang akan berlangsung 9 Juli 2014 mendatang. Poros PDI-P mengusung Joko Widodo sebagai calon presidennya. Poros Golkar yang mengusung Aburizal Bakrie sebagai Presiden dan. Poros Partai Gerindra yang mengusung Prabowo Subianto sebagai Calon Presiden.Tiga partai terbesar akan menjadi pusat atau poros koalisi,sedangkan partai di luar tiga besar akan menjadi target mitra koalisi.

Calon Presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Joko Widodo yang didampingi Wakil Sekjen PDI-P Hasto Kristiyanto mendatangai Ketua Umum DPP Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, atau Cak Imin di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB. Kedatangan Jokowi pada Sabtu 12 April 2014 sore itu disambut Sekjen PKB Imam Nachrowi, baru kemudian langsung meluncur ke lantai dua kantor DPP tersebut.

Berdasarkan informasi yang diperoleh, kedatangan Jokowi ke DPP PKB dalam rangka membahas koalisi dan Calon Wakil Presiden untuk mendampingi Jokowi. Sebelumnya, Jokowi sudah mendatangi Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh di Gondangdia. Hasilnya, PDI-P dan Nasdem berkoalisi. Surya Paloh mendukung Jokowi sebagai Capres.

Setelah itu Jokowi juga menemui Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie atau Ical di Kantor DPP Partai Golkar, Slipi, hasilnya, tidak ada koalisi. Karenamasing-masing partai akan tetap maju sebagai capres dalam Pilpres 2014 mendatang.

Dari pertemuan Cak Imin dengan Jokowi sudah bisa digambarkan bahwa PKB akan melakukan koalisi dengan PDI-P dan Partai Nasdem. Hasil penjajakan koalisi dengan PDI-P, Cak Imin menyatakan PKB akan tetap membuka komunikasi sebaik-baiknya dengan PDI-P maupun partai lainnya. Cak Imin mengakui masih menerima usulan apapun dari partai politik lainnya, termasuk bila PDIP yang berniat menimang dirinya sebagai calon wakil presiden (cawapres).

Selama masa kampanye Pemilu Legislatif (Pileg) 2014 yang lalu, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dengan gencar mengeluarkan wacana untuk menggaet tokoh-tokoh negeri ini, mulai dari Rhoma Irama, Mahfud MD hingga Jusuf Kalla. Namun setelah melihat hasil perolehan suara PKB sementara dari Pemilu Legislatif, nama Muhaimin Iskandar alias Cak Imin justru yang lebih dijagokan untuk disodorkan ke partai PDI-P atau partai lain yang akan menjadi rekan koalisi dalam mengisi kursi Cawapres.

Ketua DPP PKB Marwan Jafar usai menghadiri diskusi politik di Warung Daun, kawasan Cikini, Menteng, Minggu 13 April 2014, mengatakan, sangat wajar bila kader PKB di daerah-daerah menghendaki sang Ketua Umum (Cak Imin) maju sebagai cawapres mendampingi Joko Widodo alias Jokowi. Dukungan tersebut menurut Marwan wajar saja, masak sebagai pengurus partai tidak mendengarkan masukan tersebut. Kita naif juga kalau nggak mendengarkan itu. Ya sudahlah kita tawarkan ketua umum sebagai cawapres.

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar mengaku belum ada tokoh dari partai-partai Islam yang menonjol,sehingga sampai kini, belum terbentuk koalisi antarpartai Islam meski perolehan suara partai Islam cukup menjanjikan untuk membentuk suatu koalisi.Koalisi Islam belum dapat memunculkan figur yang tepat. Itu permasalahannya, kata Muhaimin di Kantor DPP PKB, Jakarta, Sabtu 12 April 2014 yang lalu.

PKB tetap “mengorbit” dalam pemberitaan media nasional. Koalisi partai-partai Islam belum ditemukan figur karena elektabilitas figur itu harus memadai. PKB saat ini sedang menyerap aspirasi yang mendorong dibentuknya koalisi partai Islam. Penyerapan aspirasi itu dimaksudkan untuk memastikan apakah partai-partai Islam serius untuk membentuk koalisi.

Sepengamatan saya ada tiga orang politisi yang memiliki manuver luar biasa menjelang Pemilu 2014.

Tiga orang itu adalah Jokowi, Risma,(Wali Kota Surabaya) dan Muhaimin. Walaupun postur dan tampilan Muhaimin kelihatan biasa-biasa saja tapi manuver politiknya boleh dikatan luar biasa.Yang paling menonjol dari manuver politik Muhaimin adalah “mendompleng” popularitas tokoh-tokoh nasional untuk popularitas partainya, PKB. Tokoh-tokoh yang “didompleng” popularitasnya oleh PKB adalah Rhoma Irama, Jusuf Kalla, dan Moh Mahfud MD.

Ketiga tokoh tersebut digadang-gadang sebagai bakal calon presiden dari PKB.Kepada Rhoma dibilangnya sebagai Capres PKB. Tetapi bersamaan membiarkan partainya (tokoh-tokoh teras PKB) bermanuver menyapreskan JK dan Mahfud. Titik panas kehebohan terutama muncul dari sosok dan manuver Rhoma. Jadilah ramai bursa capres dari PKB. Boleh dikata lebih semarak dibandingkan para capres dalam Konvensi Partai Demokrat.

Bersamaan dengan itu Muhaimin mengangkat pengusaha kaya, pemilik Lion Air, Rusdi Kirana, sebagai Wakil Ketua Umum PKB. Suatu keputusan yang patut diacungi jempol. Dengan manuver ini PKB mendapatkan “darah segar”. Dengan kehadiran Rusdi kirana diakui melahirkan optimisme di internal PKB. Perlu diketahui jauh sebelum itu, Muhaimin Iskandar mampu mengalahkan tokoh yang paling dihormati di internal NU dan PKB, pamannya sendiri, yakni Abdurrahman Wahid (Gus Dur), dalam sebuah perseteruan politik di internal partai dan di pengadilan dalam memperebutkan posisi puncak di PKB.

Ini merupakan fakta bahwa seorang dengan kaliber seperti Gus Dur saja mampu dikalahkan oleh Muhaimin Iskandarsudah cukup untuk membuktikan bahwa dirinya bukan sosok politisi kacangan.

Konsistensi dan loyalitas PKB pada kontrak politik koalisi di Setgab dalam Kabinet SBY, juga patut mendapatkan catatan tersendiri,dengan loyalitas tersebut PKB nampak solid. Anasir-anasir “pembangkang”, seperti Lily Wahid dan Effendi Choirie, berhasil “dijinakkan” oleh Cak Imin.

Ke dalam, Muhaimin berhasil menjaga soliditas partainya. Sedangkanke luar, Muhaimin melakukan manuver-manuver politik cukup brilian untuk membesarkan partainya, dengan hal tersebut maka PKB berangsur- angsur dikenal diseantero Indonesia, tidak hanya berporos di Jawa seperti sebelumnya. Ke dalam, Muhaimin berhasil menjaga soliditas partai. Ke luar, Muhaimin melakukan manuver-manuver politik cukup brilian untuk membesarkan partainya.

Dengan PKB berangsur dikenal di seantero Indonesia, tidak hanya berporos di Jawa seperti sebelumnya. Ada lagi hal yang menarik dari partai Cak Imin ini,walaupun berbasis kultural dari rahim NU, namun PKB bukanlah partai Islam. PKB merupakan partai inklusif. Konsistensi ini dijaga dengan baik oleh Muhaimin. PKB menolak tawaran PPP untuk membangun apa yang disebut “Koalisi Partai Islam”, dengan alasan PKB bukanlah partai Islam dan pola koalisi demikian sudah ketinggalan zaman.

Singkat kata, PKB menolak koalisi berbasis agama.Pendirian PKB melalui Cak Imin patut diapresiasi positif. Politik dimaknai PKB tidak lagi mengedepankan aspirasi aliran-aliran keagamaan, suku, ras dan antar golongan. Melainkan politik kebangsaan.

Sikap manuver Ketua Umum DPP PKB Muhaimin Iskandaruntuk menjadikan dirinya sebagai cawapres mendampingi Jokowidodo, merupakan suatu hal yang wajar karena didukung PKB sendiri. Namun menurut Said Salahudin direktur Sigma Indonesia, langkah yang dilakukan Muhaimin Iskandar adalah 'menggunting dalam lipatan'. Hal ini karena Cak Imin melupakan apa yang telah dilakukan Mahfud MD dan Rhoma Irama dalam upaya membesarkan suara PKB. Menurut Said mereka ini berjasa besar dalam membesarkan suara PKB pada Pileg yang lalu, oleh sebeb itu banyak orang mau memilih PKB karena mengusung Mahfud MD.

Ini jangan dipungkiri Muhaimin. Said juga mengingatkan Cak Imin, akan ada efek negatif jika Cak Imin tetap maju menjadi calon wakil presiden. Dia yakin struktural PBNU dan PKB di DPW-DPW yang sebagian besar mendukung Mahfud MD akan sangat kecewa dengan PKB dan Muhaimin jelas akan dianggap sebagai pengkhianat, yang hanya memanfaatkan momentum baik ini untuk kepentingan diri sendiri, serta menodai perjuangan bersama untuk membesarkan PKB hingga menjadi seperti ini.

Langkah yang diambil Muhaimin Iskandar untuk maju sebagai capwapres mendampingi Jokowi, merupakan langkah yang sudah tepat karena Jokowi tidak mungkin akan mengandeng Surya Paloh dari Nasdem, hal ini disebabkan suara dalam Pemilihan Legislatif kemaren Partai Nasdem posisinya dibawah PKB, maka sudah suatu kewajaran jika Muhaimin maju sebagai cawapres. Penolakan Muhaimin terhadap tawaran PPP untuk berkualisi itu merupakan terobosan baru Muhaimin, karena PKB sekarang ini bukanlah partai Islam. Hal inilah salah satu penyebab yang menjadi pemikat koalisi PDI-P dengan PKB.

Dalam dunia politik “menyalib di tikungan”,” mengunting dalam lipatan” merupakan suatu hal yang biasa, masih ingat kita dimana Perjanjian Batu Tulis antara PDI-P dan partai Gerindra hanya tinggal perjanjian, begitu juga masalah yang dihadapi Cak Imin dalam rangka mencapreskan dirinya, semua itu wajar-wajar saja dalam dunia politik. Kesempatan ini tidak disiasiakan Cak Imin, karena kesempatan tersebut hanya akan datang sekali, apalagi Cak Imin sendiri Ketua Umum PKB, sementara Rhoma Irama, Mahfud MD, Jusuf Kalla dan Rusdi Kirana, hanya merupakan tim pendukung untuk membesarkan partai ddalam pemilihan legislatif.

Berkoalisinya PDI-P dengan PKB, hal ini tidak perlu dikagetkan, karena sebelumnya kerjasama ini sudah pernah berlangsung, PKB diibaratkan buah semangka, kalau dibelah maka akan kelihatan isinya merah, oleh sebab itu langkah yang dilakukan Jokowi dengan Muhaimin Iskandar sudah cukup tepat dalam rangka mencapai Jalan Merdeka Utara alias Istana Negara, disamping PKB, Nasdem akan ada partai PKPI yang bisa dirangkul walaupun suaranya kecil, tapi masih bisa menambah pundi-pundi suara dalam Pilpres mendatang. Maju terus Cak Imin, merdeka!.

Dipublikasikan tribunnews, Minggu, 20 April 2014 17:10 WIB

Related Articles

Kata Mutiara

“Keberhasilan seorang pemimpin diukur dari kemampuan mereka dalam menyejahterakan umat yang mereka pimpin” --- Gusdur

A new version of this app is available. Click here to update.