Pengungkapan Kasus Penembakan Siswa SMKN 4 Semarang Harus Transparan

JAKARTA - Kasus penembakan siswa SMK Negeri 4 Semarang berinisial GR (17), telah menimbulkan keprihatinan mendalam di tengah masyarakat. Kasus ini memperpanjang deretan dugaan kekerasan yang dilakukan oknum polisi kepada masyarakat sipil.
Wakil Ketua Pengurus Harian DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhammad Aji Pratama mengutuk keras segala bentuk tindakan kekerasan, terutama yang melibatkan aparat penegak hukum. Ia menyatakan, insiden di Semarang tidak hanya merenggut nyawa generasi muda, tetapi juga mencederai rasa keadilan masyarakat dan kepercayaan terhadap institusi hukum.
“Kasus ini menjadi pukulan serius bagi komitmen kita terhadap penegakan hukum yang adil dan humanis. Proses penyelesaian yang objektif dan transparan harus menjadi prioritas agar kepercayaan publik dapat dipulihkan,” ujar Aji di Jakarta seperti yang dikutip dari Radarbangsa.com.
Aji mendorong pengusutan menyeluruh terhadap kasus ini secara transparan. Semua fakta harus diungkap secara terang benderang tanpa ada upaya untuk menutupi kebenaran atau melindungi pihak tertentu. “Keluarga korban berhak mendapatkan kejelasan dan keadilan. Aparat penegak hukum harus menjamin bahwa semua proses dilakukan sesuai aturan yang berlaku, tanpa pandang bulu,” tambahnya.
Lebih lanjut Aji juga mengingatkan pentingnya evaluasi terhadap prosedur operasional aparat kepolisian. Penggunaan kekuatan secara berlebihan tidak boleh menjadi solusi dalam menangani persoalan masyarakat, terutama yang melibatkan anak muda. “Evaluasi mendalam terhadap prosedur operasional aparat penegak hukum sangat mendesak dilakukan. Tanpa reformasi yang serius, insiden seperti ini dapat terulang dan berpotensi menimpa siapa saja, tanpa memandang status atau latar belakang,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa peristiwa ini harus menjadi titik balik untuk memperbaiki sistem penegakan hukum di Indonesia. Reformasi yang transparan dan menyeluruh diperlukan agar masyarakat dapat kembali percaya pada institusi hukum dan merasa terlindungi, bukan justru terancam. "Kami berkomitmen untuk terus mengawal kasus ini hingga tuntas dan mendorong reformasi dalam sistem penegakan hukum agar aparat bertindak dengan adil dan humanis. Tidak ada keadilan yang seharusnya dikorbankan, apalagi ketika melibatkan nyawa seorang anak bangsa," ungkapnya.
Menurut keterangan Polrestabes Semarang, anggota polisi melepaskan tembakan karena ingin melerai para korban yang sedang tawuran dengan kelompok lain. Korban berinisial G yang berusia 17 tahun itu disebut polisi sebagai anggota gangster.
Akan tetapi, seperti dikutip dari Kompas, tetangga dan teman korban membantah tuduhan bahwa korban merupakan anggota gangster dan pelaku tawuran. Menurut mereka, korban dikenal sebagai anak yang baik dan tidak pernah melanggar aturan termasuk melakukan tawuran.
Wakil Ketua Eksternal Komnas HAM, Abdul Haris Semendawai, menyesalkan terjadinya penembakan tersebut. Ia mengatakan, kepolisian harus melakukan penyelidikan secara berhati-hati, menyeluruh, dan obyektif terkait kasus ini. “Kepolisian juga bisa melibatkan lembaga eksternal seperti Komisi Kepolisian Nasional dan Komnas HAM agar tidak muncul kecurigaan dalam pengungkapan kasus itu,” katanya seperti dikutip dari Kompas.