Marak Fenomena Rojali-Rohana, Komisi XI: Alarm Pelemahan Daya Beli

JAKARTA – Fenomena munculnya istilah Rojali (Rombongan Jarang Beli) dan Rohana (Rombongan Hanya Nanya) menyita perhatian publik. Anggota Komisi XI DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Tommy Kurniawan, menilai tren tersebut sebagai sinyal melemahnya daya beli masyarakat yang perlu segera direspons pemerintah.
“Kita tidak bisa menutup mata. Fenomena Rojali dan Rohana mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat yang sedang lesu. Ini alarm penting bahwa daya beli terus melemah dan harus segera disikapi,” ujar Tommy Kurniawan, yang akrab disapa Tomkur, Selasa (5/8/2025).
Tomkur mendorong pemerintah untuk memperkuat sektor rumah tangga yang merupakan penggerak utama ekonomi nasional. Ia menekankan pentingnya inovasi dalam pelayanan dan kebijakan ekonomi agar masyarakat kembali bergairah berbelanja.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), laju pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2025 hanya mencapai 4,87 persen, turun dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 4,91 persen. Padahal sebelum pandemi COVID-19, angka ini sempat menyentuh 5,4 persen. Padahal, konsumsi rumah tangga menyumbang lebih dari 52 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
“Masyarakat kini jauh lebih selektif dalam berbelanja. Kalau dulu langsung beli, sekarang mereka bandingkan harga di toko online, tunggu promo, bahkan kadang hanya tanya tanpa niat beli. Inilah yang menyebabkan banyak pusat perbelanjaan tampak sepi,” jelasnya.
Tomkur mengingatkan, bila fenomena ini terus dibiarkan, maka akan memperlambat laju ekonomi nasional secara signifikan. Ia pun meminta pemerintah dan pelaku usaha untuk mempercepat langkah-langkah inovatif guna membangkitkan kembali minat belanja masyarakat.
“Pusat-pusat perbelanjaan juga perlu berinovasi dan meningkatkan pelayanan agar bisa ikut mendorong daya beli masyarakat,” pungkasnya.
Penulis : Rach Alida Bahaweres