Lengger Bicara 2025 Anggota Komisi VII Usulkan Ahmad Tohari Terima Nobel Sastra

BANYUMAS— Sastrawan Ahmad Tohari menerima Penghargaan Maestro Award dalam Lengger Bicara 2025. Salah satu karya novelnya Ronggeng Dukuh Paruk dinilai tidak hanya sebagai novel karya sastra, tapi juga bentuk pelestarian budaya Lengger yang menjadi tarian ciri khas Banyumas.
Dalam Festival Tahunan Lengger Bicara, Novel tersebut juga menjadi karya Drama Musikal “Srintil” tokoh utama dalam novel tersebut. Sejak terbit tahun 1982, novel ini kembali dicetak untuk yang ke-21 kalinya dan sudah diterjemahkan dalam Bahasa Inggris, Bahasa Jepang, Bahasa Jerman, Bahasa Belanda, Bahasa Spanyol, dan Bahasa Italia.
“Novel Ronggeng Dukuh Paruk tidak hanya sebuah karya sastra, tapi juga berperan penting dalam pelestarian dan pengembangan budaya, khususnya Jawa. Apresiasi masyarakat internasional terlihat dengan alih bahasa novel tersebut,” kata Anggota Komisi VII DPR RI, Siti Mukaromah, dalam kunjungan Reses ke kediaman Ahmad Tohari, Senin (23/6).
Lengger, sebagai tarian tradisional Banyumas, lanjut Erma memiliki nilai sejarah perjuangan Bangsa Indonesia dalam melawan penjajah Belanda. “Penarinya laki-laki yang berdandan seperti wanita untuk mengelabui para penjajah. Jadi mereka sebenarnya ini adalah pahlawan-pahlawan kita yang berperang untuk kemerdekaan kita. Sudah seharusnya kesenian ini dilestarikan dan bisa se-terkenal Tari Kecak dari Bali,” kata dia menambahkan.
Erma berharap Pemerintah menyambut usulan ini sebagai usulan Pemerintah. Dalam perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dimana ketergantungan terhadap teknologi sangat tinggi, Pemerintah perlu mengapresiasi sosok yang dapat menjadi inspirasi bagi generasi muda.
Dalam kunjungan tersebut, Sastrawan Ahmad Tohari mengajak Anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa ini berkeliling perpusatakaan yang dia miliki. Menurutnya, hampir setiap hari, ada masyarakat baik anak SMA maupun Mahasiswa yang datang ke perpustakaannya untuk membaca buku.
“Budaya membaca saat ini sangat menurun terutama di kalangan anak muda. Padahal, karya-karya sastra lahir dari orang-orang yang rajin membaca. Saya berharap perpustakaan ini memberikan manfaat bagi masyarakat khususnya Banyumas,” kata Ahmad Tohari.
Mengenai Trilogi Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari menjelaskan bahwa sebagian dalam kisah novel tersebut adalah peristiwa yang nyata terjadi. Misalnya keracunan tempe bongkrek. “Keluarga saya menjadi korban keracunan tempe bongkrek, ada dua belas orang,” tuturnya.
Dirinya menyambut positif usulan sebagai salah satu penerima Nobel Sastra. Menurutnya, generasi muda harus mulai terdorong untuk mencintai karya sastra sebagai bentuk pelestarian dan pengembangan kebudayaan.
Tahun 2024 Komite Nobel memberikan anugerah Sastra Nobel kepada Penulis asal Korea Selatan, Han Kang yang menulis fiksi eksperimental dan karyanya yang membahas tema kekerasan, kesedihan dan patriarki. Selain Ahmad Tohari, Maestro Award juga diberikan kepada R. Suteja (Komposer yang menciptakan lagu Sungai Serayu) dan Biyung Narsih (Penari Lengger). Lengger Bicara yang berlangsung Minggu (22/6) malam tersebut juga menampilkan Tarian Lengger Kolosal dengan sekitar 400 orang penari dan menampilkan Maestro Lengger, Rianto, serta Artis Fanny Soegi.
Andy F Noya, Pembina Yayasan Banyumas Lengger Bicara, menyoroti aspek ekonomi dari penyelenggaraan acara ini. Ia berharap event ini bisa mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif masyarakat lokal