DPR Soroti Macet Horor di Pantura Banyuwangi, Desak Kemenhub Cari Solusi

JAKARTA-Kemacetan parah hingga belasan kilometer di sepanjang jalur Pantura Banyuwangi menuju Pelabuhan Ketapang kembali menjadi sorotan. Legislator asal Banyuwangi yang juga Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Nihayatul Wafiroh, angkat bicara terkait situasi yang disebut warga sebagai macet horor ini.
Menurut Nduk Nik, sapaan akrabnya, antrean kendaraan yang mengular hingga belasan kilometer bukan hanya mengganggu mobilitas warga, tapi juga berdampak pada ekonomi lokal, distribusi logistik, dan pariwisata.
"Macet seperti ini tidak bisa dibiarkan terus terjadi. Ini bukan sekadar masalah teknis penyeberangan, tapi sudah menjadi persoalan nasional karena menyangkut konektivitas Jawa-Bali," tegasnya dalam keterangan tertulis, Jumat (18/7/2025).
Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa itu pun mendesak Kementerian Perhubungan untuk segera mengambil langkah konkret guna mengurai kemacetan yang terjadi, terutama dengan mencari solusi jangka pendek atas terganggunya operasional kapal penyeberangan Ketapang-Gilimanuk.
“Memperbaiki kapal yang rusak tentu penting, tapi jauh lebih baik bila Kemenhub mencarikan kapal pengganti agar penyeberangan bisa kembali normal tanpa menunggu terlalu lama,” ujarnya.
Nduk Nik juga mengingatkan bahwa penanganan penyeberangan tidak bisa dilakukan secara reaktif. Perlu perencanaan sistemik dan investasi berkelanjutan agar jalur penting ini tidak menjadi langganan kemacetan setiap musim libur maupun saat terjadi gangguan operasional.
Ia berharap pemerintah pusat, melalui Kemenhub dan ASDP, segera turun tangan dan berdialog dengan pemda serta pihak terkait untuk merumuskan solusi permanen.
“Jangan tunggu warga marah. Negara harus hadir dengan cepat dan tepat,” pungkasnya.
Saat ini, jalur darat menuju Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi mengalami kemacetan ekstrem. Antrean kendaraan mengular hingga belasan bahkan puluhan kilometer.
Kemacetan tersebut disebabkan oleh terbatasnya jumlah kapal penyeberangan yang beroperasi. Dari biasanya belasan kapal aktif, kini hanya dua unit kapal yang melayani penyeberangan, menyebabkan antrean berlangsung selama berjam-jam, bahkan berdampak hingga kawasan Baluran dan Wongsorejo.