Garda Bangsa PKB Gelar Final Lomba Baca Kitab Kuning

JAKARTA - Grand Final musabaqoh kitab kuning (MKK) atau lomba membaca kitab kuning yang diselenggarakan oleh Garda Bangsa, badan otonom (banom) Partai Kebangkitan bangsa ini, resmi di buka. Final lomba kitab kuning ini telah menseleksi 124 finalis yang berasal dari 31 provinsi se-Indonesia.
Di awal babak penyisihan, perlombaan pembacaan Kitab Kuning ini diikuti oleh 1.500 peserta yang berasal dari perwakilan pondok-pondok pesantren. Tidak kurang dari 5 ribu santri berpartisipasi dalam meramaikan acara babak penyisihan Musbaqoh Kitab Kuning yang digelar di pondok-pondok pesantren.
Para peserta finalis selanjutnya akan diadu dalam membaca kitab karya Imam Al Ghazali, Ihya ulumuddin. Sejumlah kiai besar di Indonesia disiapkan untuk menyeleksi para finalis. Mereka di antaranya KH Mahmudin Pasaribu (Medan), KH Syafrudin Syarif (Jawa Timur), KH Aniq Muhamadun (Jateng), Dr KH Ahsin Sakho (Cirebon), Dr KH Abdul Muqsith Ghozali (Jakarta), Prof Dr Hj Huzaimah T Yanggo, Dr Badriyah Fayumi LC, MA, dan Dr Hj Faizah Sibromalisi.
"Lombanya membaca dan menjelaskan kitab Ikha Ulumudin karya Imam Ghazali. Untuk hadiahnya bagi siapa pun finalis yang terbaik akan berkesempatan berkunjung ke Baitulloh Mekah," ucap Ketua DKN Garda Bangsa, H. Cucun Ahmad Syamsurijal, selasa 12/04, di graha Gus Dur, kantor pusat DPP PKB di jalan raden saleh, Jakarta Pusat.
Dalam acara pembukaan hari ini, hadir langsung ketua umum PKB Abdul MUhaimin Iskandar, Sekjen Abdul Kadir Karding, Mustasyar PBNU KH. Dimyati Rois dan juga sejumlah menteri kabinet kerja, Menristekdikti Muhammad Nasir dan Menaker Hanif Dhakiri.
Ketum PKB, Abdul Muhaimin Iskandar, menjelaskan lomba kitab kuning ini digelar untuk menjaga tradisi keilmuan pesantren. Sebab kitab kuning atau kitab gundul tanpa harokat, merupakan heritage pengetahuan keislaman dan keIndonesiaan.
Selain itu, Cak imin (sapaan akrabnya) juga menuturkan, lomba ini digelar untuk menunjukkan Indonesia sebagai negara dengan mayoritas muslim terbesar adalah negara paling aman.
"Situasi global saat ini sedang tidak menentu. Meski enggak dimusuhi langsung, masyarakat menyatakan penolakan terhadap Islam. Masjid dicurigai, bahkan digerebek. Namun, umat Islam di Indonesia mampu menunjukkan suasana yang damai, nyaman, tenteram, dan tidak takut dengan apa pun," tukas cicit pendiri Nahdlatul Ulama, KH. Bisri Syansuri ini.