Wabah Campak di Madura Renggut Korban Jiwa, Pemerintah Diminta Masifkan Imunisasi

JAKARTA– Wabah campak di Madura terus meluas. Setelah menyerang ribuan Balita di Kabupaten Sumenep, wabah yang sama kini berkembang di Bangkalan. Pemerintah pun diminta segera melakukan langkah cepat dengan masifkan imunisasi.
“Kami menilai meluasnya wabah campak yang menyerang ribuan balita di wilayah Madura merupakan kondisi luar biasa. Situasi ini sangat disayangkan, apalagi sampai korban jiwa. Ini menjadi indikator kurang optimalnya kinerja pemerintah daerah,” ujar Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa Asep Romy Romaya, Selasa (26/8/2025).
Berdasarkan informasi yang dihimpun diketahui wabah campak di Sumenep memicu sedikitnya 17 balita meninggal dunia. Sedangkan 2.035 balita lainnya dalam perawatan. Meluasnya wabah campak juga terjadi di Bangkalan di mana sedikitnya 275 balita terjangkit dan 1 balita meninggal dunia.
Romy menjelaskan dari berbagai informasi awal diketahui jika meluasnya wabah campak pada ribuan balita di wilayah Madura karena rendahnya tingkat imunisasi. Padahal imunisasi campak merupakan imunisasi wajib yang harus diberikan kepada setiap bayi dalam usia tumbuh kembang. “Saya kuatir ini seperti fenomena gunung es yang menunjukkan keengganan masyarakat untuk imunisasi campak. Pemerintah harus segera gerak cepat menekan penyebaran virus campak dengan melakukan imunisasi secara intensif,” ujarnya.
Penyakit campak adalah penyakit infeksi saluran pernapasan yang sangat menular dan ditandai dengan ruam kulit di seluruh tubuh dan gejala seperti flu yang disebabkan oleh virus rubeola. Siapapun bisa terinfeksi virus campak namun anak-anak termasuk golongan yang rentan terkena penyakit ini. Penyakit campak ditandai dengan mata merah dan sensitif terhadap cahaya, demam tinggi, sakit dan nyeri serta munculnya bercak dari belakang telinga, sekitar kepala, kemudian ke leher dan kemudian menyebar ke seluruh tubuh.
Romy mengungkapkan pencegahan campak dapat dilakukan dengan imunisasi vaksin MMR yang merupakan vaksin gabungan untuk campak, gondongan dan rubella. Vaksinasi MMR ini diberikan dua kali yakni ketika anak berusia 15 bulan dan saat berusia 5-6 tahun atau sebelum memasuki masa sekolah dasar. Namun hingga kini masih banyak orangtua yang tidak bersedia mengimunisasikan anaknya karena berbagai alasan.
“Masih banyak orangtua yang tidak bersedia imunisasi anaknya karena informasi yang menyesatkan seperti dugaan vaksin palsu dan mempertanyakan kehalalannya. Informasi yang tidak benar inilah yang kemudian menjadi penghambat vaksinisasi campak. Pemerintah harus memastikan dan intensifkan sosialisasi pentingnya vaksinisasi campak bagi anak,” ungkapnya.
Legislator asal Dapil Jawa Barat II ini berharap, KLB yang terjadi di Sumenep dan Bangkalan dapat segera diatasi dan tidak terjadi di daerah lainnya. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk mengatasi wabah tersebut. “Butuh koordinasi dan sinergi berbagai pihak, mulai dari pemerintah, praktisi kesehatan, akademisi, termasuk pemangku agama selaku tokoh masyarakat yang bagi sebagian masyarakat ucapannya adalah benar untuk mensukseskan imunisasi campak ini. Kita tidak ingin kejadian seperti ini terjadi lagi dan komitmen ini harus kita pegang bersama,” pungkasnya.
Penulis : Rach Alida Bahaweres