Komisi VII DPR Minta Pemerintah Tingkatkan Daya Saing Produk Nasional

BANTEN-Komisi VII DPR RI menyoroti tantangan sekaligus daya tahan industri nasional ditengah derasnya serbuan produk impor. Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Komisi VII DPR RI Chusnunia saat menggelar kunjungan kerja ke PT Chandra Asia Pasific Cilegon, Jumat (22/8).
Chusnunia juga menyebut bahwa sejumlah pakar juga telah memperingatkan risiko deindustrialisasi dini dan serbuan produk impor yang membayangi Indonesia paska kesepakatan tarif resiprokal dengan Amerika Serikat.
Menurutnya arus impor yang tidak terkendali bisa jadi rintangan besar untuk mewujudkan target ambisius pemerintahan Prabowo Subianto dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Serbuan produk impor pasti memberikan dampak terhadap daya saing produk nasional.
“Dampaknya produk-produk kita menjadi kurang kompetitif terlebih karena tidak semua bahan baku tersedia di Indonesia akibatnya Indonesia tetap hanya akan dipandang sebagai pasar,”ungkapnya.
Politisi yang akrab disapa Nunik itu mencontohkan, produk ekspor andalan seperti alas kaki, mesin, pakaian, lemak dan minyak hewan, serta karet dan turunannya, kini menghadapi tekanan berat.
"Produk-produk seperti mesin, kemudian pakaian, alas kaki, kemudian lemak, minyak hewan nabati, dan juga ada karet dan barang dari karet atau produk turunannya, itu merupakan beberapa produk yang akan berpotensi tertekan dengan adanya kebijakan tarif resiprokal," tambahnya.
Komisi VII DPR RI meminta pemerintah agar lebih serius dalam melindungi dan menghidupkan industri nasional, khususnya di sektor strategis, kita mesti jaga industry dalam negeri kita dalam situasi semacam ini. Chusnunia juga mengatakan pihaknya akan terus mendorong pemerintah mengambil langkah-langkah strategis guna menghadapi situasi ini.
“Pemerintah perlu segera menyiapkan langkah mitigasi, mulai dari menjaga ketahanan industri manufaktur hingga memperkuat proteksi karena melindungi industri dalam negeri, berarti juga melindungi juga tenaga kerja kita, ”pungkasnya.